Itqon Syauqi Terjun ke Politik Karena Keluh Kesah Masyarakat

Itqon Syauqi Terjun ke Politik Karena Keluh Kesah Masyarakat

Muhammad Itqon Syauqi, S.Thi Pria kelahiran Jember 5 Juli 1982 ini, sesungguhnya tak pernah bercita-cita menjadi legislator. Ra Itqon, sapaan akrabnya, merasa profesi yang cocok untuk dirinya adalah mengajar.  Bahkan sudah hampir 10 tahun, ia menjadi dosen di Universitas Jember (Unej). Lebih dari itu, suasana kehidupan di lingkungan rumahnya memang tak jauh dari bidang pendidikan.

Ra Itqon dan istrinya adalah keluarga Pondok Pesantren Miftahul Ulum Desa Glagahwero Kecamatan Kalisat  Kabupaten Jember. Di pesantren tersebut, berdiri sejumlah lembaga pendidikan formal dan non formal. Jadi Ra Itqon selain menjadi dosen, juga mengajar di lembaga pendidikan pesantren tersebut.

Itulah yang membuat Ra Itqon merasa bahwa takdir hidupnya adalah mengajar, ngopeni generasi muda. “Tapi kemudian Allah berkehendak lain,  saya nyaleg dan kena (terpilih),” ujar Ra Itqon di Jember, Ahad (22/9/2024).

Sebagai anak pengasuh pesantren, Ra Itqon menjadi jujugan masyarakat terkait banyak hal, mulai dari urusan santri hingga soal infrastruktur umum. Tak jarang mereka datang dan berkeluh kesah soal infrastruktur yang tidak memadai. Misalnya jalan rusak, gedung-gedung Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang sudah mau ambrol, dan sebagainya.

Mereka berkeluh kesah dengan harapan Ra Itqon bisa mencari jalan keluarnya. Tapi apa daya, ia juga tidak punya kekuatan untuk membantu, atau minimal mencari jalan keluar.  “Mendapatkan jalan keluar seperti itu saya juga bingung: saya bisa apa,” tambahnya.

Namun setelah sekian waktu berjalan, Ra Itqon mencoba mengkomunikasikan keluhan masyarakat itu kepada banyak temannya, ternyata disarankan disampaikan kepada anggota DPRD Kabupaten Jember. Sebab, legislator bisa membantu menyampaikan keluhan itu kepada eksekutif. “Lho, kalau begitu kenapa kok tidak saya saja yang jadi legislator, biar lebih gampang menangani keluhan masyarakat,” urainya.

Suatu ketika ketika Ra Itqon menghadiri acara di sebuah desa terpencil. Ia melihat banyak kabel listrik bergelantungan di pohon-pohon pinggir jalan. Listrik tersebut terpaksa dipasang seadanya karena rumahnya jauh dari tiang listrik di jalan utama.

Ra Itqon kemudian punya ide agar tiang-tiang listrik itu tidak hanya dipasang di jalan utama tapi bisa masuk ke jalan-jalan desa yang sempit. Namun dalam benaknya juga terbisik pikiran: siapa yang bisa memasang tiang-tiang listrik di jalan-jalan masuk di kampung itu. “Saya akhirnya konsultasi ke Pak Camat, dia bilang ‘yang bisa begitu anggota Dewan’. Saya kembali berpikir: kalau begitu kenapa tidak saya saja yang jadi anggota Dewan,” urainya.

Tumpukan-tumpukan keluh kesah itu memicu semangat Ra Itqon untuk terjun ke politik: menjadi anggota Dewan. Maka iapun bergabung dengan PKB, dan memantapkan hati untuk nyaleg di pileg tahun 2019. “Saya pamit dulu ke aba dan umi dan mertua, mereka mengijinkan. Bismillah saya maju,” ungkapnya.

Rupanya keinginan Ra Itqon  beriringan dengan kehendak Allah. Ia terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Jember masa jabatan 2019-2024. Tak sekadar menjadi anggota Dewan, tapi Ra Itqon ditunjuk menjadi Ketua DPRD Kabupaten Jember menyusul hasil suara PKB yang terbanyak dalam pileg tahun 2019.

Ra Itqon tentu tak ingin mengingkari niat awalnya saat ingin  menjadi anggota Dewan. Ia betul-betul berusaha menjawab keluh-kesah masyarakat terkait banyak hal. Dan keluh kesah itu disampaikan ke eksekutif untuk direalisasikan. “Banyak yang terealisasi, tapi juga ada yang tak bisa dipenuhi. Itu sudah biasa karena yang punya kuasa anggaran bukan saya, tapi eksekutif,” ungkapnya.

Di pileg 2024, Ra Itqon maju lagi sebagai petahana. Tak begitu sulit baginya untuk mengumpulkan suara lantaran sudah punya modal sosial di tengah-tengah masyarakat. Dan lagi-lagi Ra Itqon beruntung: terpilih lagi kedua kalinya sebagai anggota Dewan. Namun di periode ini, ia hanya bisa menduduki Ketua Fraksi PKB. “Di manapun posisi yang diberikan kepada saya, saya siap selalu,” pungkasnya